INDonesia

2 Juni 2021: Pengaruh hari raya Idul Fitri terhadap pengeluaran pribadi dan pendapatan para diarist

Idul Fitri adalah perayaan besar di seluruh Indonesia. Pada perayaan tersebut, masyarakat Indonesia biasanya mengenakan pakaian baru dan saling memberi penganan dan hantaran lainnya dengan orang-orang terdekat. Tidak berbeda pula halnya dengan di daerah Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, tempat tinggal para diarist pemilik toko kecil. Warga di komunitas itu pun saling berkunjung ke rumah satu sama lain meskipun ada larangan untuk bepergian karena pandemi.

Grafik di atas menunjukkan pendapatan total dan pengeluaran pribadi para diarist dari April hingga Mei 2021. Terlihat kenaikan dari akhir April hingga awal Mei 2021. Pendapatan yang meningkat di minggu ke-29 hingga 31 mengindikasikan bahwa pelanggan membeli lebih banyak persediaan bahan pangan sebelum Idul Fitri untuk persiapan Hari Raya. Hal ini menjelaskan kenaikan total pendapatan per minggu sebesar 34,5% selama pekan-pekan menjelang Idul Fitri. Tidak mengherankan, pengeluaran pribadi rata-rata per minggu juga naik sebanyak 69,4%, sedangkan persentase pengeluaran pribadi dari total pendapatan meningkat pada sebelum dan menjelang Idul Fitri. Pada minggu ke-27, proporsi pengeluaran pribadi menjadi 9% dari pendapatan. Tetapi pada minggu ke-31, meningkat hingga 16%.

Kami juga menganalisis proporsi pengeluaran selama minggu ke-31 untuk melihat bagaimana kebiasaan sosiokultural berperan dalam pengeluaran di masa Idul Fitri.

Diagram bulat ini menunjukkan bahwa pembelian pakaian berkontribusi sebesar 40% dari total pengeluaran pribadi para diarist[*]. Pakaian baru itu bukan hanya untuk mereka, melainkan juga untuk keluarga mereka.

Contohnya, Utami, seorang ibu dua anak, menghabiskan sekitar Rp 1,2 juta untuk pakaian baru. Sedangkan Heri, meski tidak mempunyai anak, menghabiskan Rp 1,25 juta karena membeli pakaian baru untuk keponakan-keponakannya. Contoh-contoh seperti itu lazim pada masa Idul Fitri di Indonesia. Tradisi membeli pakaian baru juga berlaku bagi mereka yang beragama non-Islam. Mira, seorang penganut Katolik, menghabiskan Rp 633.000 untuk membeli pakaian baru karena ia ingin bersama-sama merayakan dengan kerabatnya yang beragama Islam.

Para diarist memiliki cara yang berbeda-beda untuk menutupi pengeluarannya pada masa Idul Fitri. Fatimah bercerita bahwa ia mengambil sebagian tabungannya dari CU Lestari, sebuah lembaga koperasi kredit dimana dia menjadi anggotanya. Sedangkan Heri meminjam uang sebesar Rp 10 juta pada Maret 2021. Selain menggunakan uang pinjaman untuk mengisi kembali stok barang yang akan dijual di tokonya, ia juga menyiapkan uang untuk pengeluaran tambahan pada saat Idul Fitri.

Utami bercerita melalui telepon pada awal Juni 2021 bahwa ia lebih sibuk daripada biasanya pada saat Idul Fitri. “Saya harus beberapa kali menutup toko pada pekan itu agar bisa berkunjung ke kerabat dan tetangga. Saya bahkan lupa sudah menghabiskan uang untuk apa saja karena saya sangat sibuk,” kata Utami. Namun, begitu musim perayaan selesai, para diarist secara bertahap kembali ke rutinitas mereka, termasuk membuka kembali toko kecil mereka agar arus kas kembali lancar.

Hari-hari besar agama atau acara-acara sosial memberi pengaruh pada pengambilan keputusan para diarist, khususnya pada komunitas yang saling mengenal akrab. Tekanan sosial terus berdampak pada keputusan para diarist untuk menjaga tradisi, meskipun sedang dilanda pandemi atau memiliki keinginan menabung lebih banyak.

[*] Pengeluaran rumah tangga meliputi biaya sewa rumah, transportasi, uang tunai untuk dibagi-bagikan, kebutuhan rumah sehari-hari, pengeluaran keagamaan, rokok atau tembakau, makanan di rumah, gaji asisten rumah tangga, penganan, sayur-sayuran, bahan bakar untuk memasak, membeli makanan dan minuman ringan, perhiasan, peralatan mandi, dan makanan yang tidak termasuk sayuran.

[**] Biaya utilitas mencakup tagihan air bersih, tagihan telepon pascabayar, tagihan internet, dan tarif listrik

Last Updated: August 19, 2021