INDonesia

2 April 2021: Para diarist pemilik toko kecil penjual jasa berjuang untuk bangkit dari hantaman COVID-19

Setahun sudah berlalu sejak pandemi menghantam kehidupan para diarist yang memiliki toko kecil. Kebanyakan toko kelontong—yang menjual barang kebutuhan sehari-hari—telah kembali berjalan normal. Contohnya, saat pandemi merebak, pendapatan Hening berkisar Rp 30 juta per bulan. Namun semenjak November 2020, pendapatannya mulai meningkat hingga Rp 33 juta per bulan. Sedangkan bagi Fatimah, pendapatannya yang semula berkisar Rp 2 juta per bulan di awal pandemi, sejak November 2020 meningkat hingga Rp 8 juta hingga Rp 11 juta per bulan. Namun demikian, bagi para diarist yang usahanya menawarkan jasa, hari-hari yang lebih baik sepertinya masih terasa jauh karena pelanggan mereka mengalami penurunan pendapatan yang disebabkan oleh pandemi.

Yanti adalah pemilik salon kecantikan di Wonosobo. Sebelum pandemi, dia menerima sekitar 50 pelanggan per hari. Tetapi jumlah pelanggan yang datang menurun—bahkan tidak ada sama sekali selama pekan pembatasan sosial. Akibatnya, pendapatannya menurun secara signifikan dari Rp 45 juta hingga Rp 21 juta per bulan. Dia juga harus mengurangi pegawainya dari lima orang menjadi tiga orang saja.

Sementara itu, Edi, yang memiliki bengkel kendaraan, juga melaporkan penurunan pendapatan yang signifikan. Mayoritas kliennya adalah petani tembakau yang pendapatannya terdampak penurunan harga tembakau selama pandemi. Selain itu, pengemudi ojek di kawasan wisata Gunung Prau yang biasanya datang untuk servis sepeda motor, lebih jarang datang karena tidak ada wisatawan yang berkunjung. Lebih jauh lagi, kenaikan harga suku cadang di pasaran sebanyak 20% memaksa Edi untuk menurunkan harga suku cadang sebanyak 50% agar lebih terjangkau. 

 

Memasuki Desember 2020, sebagian masyarakat menikmati cuti bersama, libur akhir tahun, sehingga mereka bepergian ke tempat-tempat wisata. Selanjutnya pada pertengahan Januari 2021, program vaksinasi COVID-19 dimulai sehingga masyarakat mulai merasakan optimisme. Terlebih ketika media memberitakan penurunan angka kasus COVID-19 pada akhir Januari.

Pendapatan Edi pun secara bertahap kembali normal sejak Desember 2020, sebagaimana terlihat pada grafik. Hal tersebut bersamaan dengan mulai berdatangannya wisatawan ke Gunung Prau sehingga pengemudi ojek kembali bekerja dan sering menggunakan jasa Edi. Para petani juga kembali membetulkan sepeda motornya di bengkel Edi selama awal musim tanam pada Januari 2021. Meskipun demikian, terlihat penurunan pendapatan Edi pada Februari 2020 sebelum akhirnya meningkat kembali.

Tetapi, keadaan secara perlahan kembali membaik. Hal yang sama juga dialami oleh Yanti. Selama pembicaraan kami, Yanti mengatakan bahwa pelanggannya mulai berdatangan kembali, walaupun tidak sebanyak waktu sebelum pandemi. 

Berdasarkan pengamatan kami, toko kelontong cepat kembali beroperasi normal begitu pembatasan sosial dilonggarkan, dan orang-orang bisa keluar rumah untuk berbelanja makanan dan barang kebutuhan sehari-hari. Fatimah, salah satu diarist yang menjual bahan pangan, juga mengatakan orang-orang mulai berdatangan untuk membeli bahan kebutuhan dasar dari toko-toko kecil. Tidak seperti di awal pandemi ketika orang cenderung membeli bahan pangan dalam jumlah banyak di pasar tradisional. 

Selagi warga di Wonosobo berusaha bertahan di tengah pandemi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, pergi ke salon kecantikan atau bengkel dianggap kebutuhan sekunder sehingga tidak diprioritaskan. Toko-toko kecil yang menawarkan jasa masih memerlukan waktu sampai pelanggan mereka memiliki dana lebih untuk menggunakan jasa mereka.

Last Updated: August 19, 2021